Voice commerce adalah tren belanja online terbaru dengan perintah suara. Simak cara kerja, manfaat, tantangan, dan masa depan voice commerce di e-commerce.
Perkembangan teknologi digital semakin mengubah cara manusia berinteraksi dengan dunia. Setelah era mobile commerce dan social commerce, kini muncul tren baru yang disebut voice commerce—belanja online hanya dengan menggunakan perintah suara. Didukung oleh asisten virtual seperti Amazon Alexa, Google Assistant, dan Siri, tren ini diprediksi akan menjadi salah satu inovasi terbesar di dunia e-commerce pada tahun 2025. Artikel ini akan membahas bagaimana voice commerce berkembang, manfaatnya, serta tantangan yang dihadapi.
1. Apa Itu Voice Commerce?
Voice commerce adalah aktivitas berbelanja online menggunakan perintah suara melalui perangkat pintar atau aplikasi asisten virtual.
- Contoh:
- “Alexa, beli kopi favoritku.”
- “Ok Google, tambahkan susu ke keranjang belanja.”
- Proses transaksi dilakukan tanpa mengetik atau menavigasi aplikasi secara manual.
Voice commerce memanfaatkan Natural Language Processing (NLP) agar sistem dapat memahami bahasa manusia dan menghubungkannya dengan tindakan pembelian.
2. Faktor Pendorong Munculnya Voice Commerce
a. Perkembangan Smart Speaker dan Asisten Virtual
- Penjualan perangkat seperti Amazon Echo dan Google Nest meningkat pesat.
- Asisten virtual semakin cerdas dalam mengenali suara dan memahami konteks.
b. Perubahan Perilaku Konsumen
- Konsumen semakin mencari cara belanja cepat, praktis, dan hands-free.
- Tren belanja instan sangat cocok bagi pengguna dengan mobilitas tinggi.
c. Integrasi dengan E-Commerce
- Platform besar seperti Amazon, Alibaba, dan Shopee mulai mengintegrasikan fitur voice command.
- Retail modern juga meluncurkan aplikasi belanja berbasis suara.
3. Manfaat Voice Commerce
a. Kemudahan dan Kecepatan
- Hanya dengan satu kalimat, konsumen bisa menambahkan produk ke keranjang atau langsung melakukan pembayaran.
b. Personalisasi
- Sistem belajar dari riwayat belanja untuk memberikan rekomendasi produk yang lebih relevan.
c. Aksesibilitas
- Sangat membantu bagi penyandang disabilitas atau orang lanjut usia yang kesulitan menggunakan smartphone.
d. Multitasking
- Konsumen bisa berbelanja sambil melakukan aktivitas lain, misalnya memasak atau menyetir.
4. Tantangan Voice Commerce
a. Keamanan dan Privasi
- Ada risiko transaksi tidak sah jika perintah suara salah dikenali.
- Data suara rentan disalahgunakan jika tidak dilindungi dengan baik.
b. Keterbatasan Visual
- Belanja online biasanya melibatkan visualisasi produk (gambar, ulasan, harga).
- Voice commerce belum sepenuhnya menggantikan kebutuhan visual.
c. Bahasa dan Dialek
- Sistem harus bisa memahami berbagai bahasa, aksen, dan intonasi.
- Ini menjadi tantangan di pasar multibahasa seperti Indonesia.
5. Masa Depan Voice Commerce
- Integrasi AI lebih cerdas: rekomendasi produk akan semakin personal.
- Kombinasi dengan AR/VR: memungkinkan belanja dengan suara sambil melihat produk secara virtual.
- Ekspansi ke pasar global: voice commerce diprediksi tumbuh pesat di Asia Tenggara dengan penetrasi smartphone yang tinggi.
- Kolaborasi brand dan teknologi: brand besar akan mengoptimalkan katalog produk mereka agar mudah dikenali oleh asisten suara.
Kesimpulan
Voice commerce adalah evolusi terbaru dalam dunia e-commerce, menghadirkan cara belanja yang lebih praktis, cepat, dan inklusif. Meski masih menghadapi tantangan keamanan dan keterbatasan visual, teknologi ini diprediksi akan menjadi tren utama di tahun-tahun mendatang. Bagi bisnis online, beradaptasi dengan voice commerce sejak dini adalah langkah penting untuk tetap relevan di era digital.
Baca juga :
- Prediksi Masa Depan Bisnis Online: Dari AI hingga Web3
- Strategi Membangun Loyalitas Pelanggan di Era Digital